5 Hal yang Bisa Dipelajari Perusahaan Besar dari Startup

perusahaan besar dan startup

Kondisi persaingan, kemajuan teknologi, dan globalisasi telah berkontribusi pada pertumbuhan bisnis dunia dari perspektif build to grow menjadi buy to grow.

Dari ketiganya, kemajuan teknologilah yang menjadi faktor penentu paling signifikan. Hadirnya transformasi digital telah melahirkan banyak startup yang sukses mengalahkan kejayaan perusahaan besar.

Startup merupakan perusahaan baru yang sedang dikembangkan. Di Indonesia, sejumlah besar startup merupakan UKM/IKM yang berangkat dari home industry.

Rhenald Kasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, pun mengungkapkan, transformasi digital telah memengaruhi semua lini industri.

Oleh karenanya, sangat penting untuk memahami hal-hal apa saja yang diperlukan untuk memenangkan pasar industri di era ini.

Istilah startup mulai dikenal kalangan industri global menjelang tahun 2000. Seiring perkembangannya, istilah startup banyak dihubungkan dengan hal-hal berbasis teknologi, situs web, internet, dan sejenisnya.

Sebagian besar startup aktif mengembangkan diri dan melakukan riset untuk menemukan target pasar yang tepat. Tak heran, jika startup akhirnya lebih terekspos dibandingkan perusahaan besar.

Bagi sejumlah perusahaan besar, tentu hal ini menjadi sebuah ancaman– dimana kemunculan startup dapat langsung diterima pasar, hingga mereka merasa perlu untuk berbenah diri dengan mencermati kegiatan startup yang melaju pesat.

Apa saja kah itu? Mari simak 5 hal yang bisa dipelajari perusahaan besar dari start up berikut ini, seperti dilansir sebuah situs bisnis luar negeri, www.entrepreneur.com

special40

1. Talenta Bisnis

Terkadang orang lain menginginkan Anda untuk talenta yang dimiliki. Begitu juga pelaku perusahaan besar yang ingin melihat, mencermati, dan mengadopsi talenta luar biasa pelaku startup.

Pada taraf yang lebih tinggi, perusahaan besar bahkan berkeinginan mengakuisisi startup yang melejit omsetnya, seperti yang terjadi pada retailer e-commerce Jet.com, yang didirikan oleh Marc Lore—mantan pimpinan Amazon.

Walmart sebagai perusahaan besar, berlomba untuk menyaingi dominasi pasar Amazon. Ia telah membuat langkah cerdik mengakuisisi Jet.com bukan semata-mata alasan teknologi, tetapi karena talenta kepemimpinan Lore yang dinamis.

Sisi lainnya, talenta bisnis sejumlah startup tersebut akhirnya diburu banyak perusahaan besar lewat ajang penerimaan karyawan.

2. Platform Potensial

Masih ingatkah Anda alasan Microsoft ketika akhirnya membeli Linkedln seharga $26 miliar? Ya, Linkedln merombak dirinya sendiri dari jaringan sosial bisnis ketat ke jaringan dengan platform konten terbuka yang canggih saat membeli Pulse.

Apa yang diinginkan perusahaan besar sekelas Microsoft? Mereka berharap Linkedln akan menjadi platform penerbitan profesional yang definitif.

Jadi, platform startup yang potensial melejitkan omset tentu akan diamati pelaku perusahaan besar untuk ditiru dan dimodifikasi.

3. Teknologi Digital

Tak jarang pemain lama dunia bisnis terbuai akan nama besar perusahaan dan brand yang dimilikinya. Padahal, semua aset tersebut ada untuk memacu mereka melakukan terobosan baru yang mutakhir.

Cukupkah hanya memiliki outlet besar lengkap dengan fasilitas bintang lima di kawasan elite kota? Sementara sejumlah startup bahkan hanya bekerja dari rumah memasarkan produk-produk mereka yang beromset ratusan juta setiap harinya.

Jawabannya adalah kemahiran dalam teknologi digital. Perusahaan besar yang belum beranjak ke taraf transformasi digital perlu mempelajari teknologi yang dimiliki kompetitornya, sekalipun itu hanya dari segelintir startup.

Perusahaan besar yang belum punya layanan belanja online harus segera mewujudkannya dengan cara mengubah mindset mereka tentang perilaku belanja konsumen masa kini.

4. Brand Produk

Sadarkah Anda bahwa branding memegang peranan penting dalam bisnis yang dijalankan? Ya, membangun suatu brand bisnis layaknya menginformasikan suatu citra kepada khalayak.

Bahkan, para startup yang cerdas meriset sejumlah frasa lewat aplikasi berbasis tren sebelum diluncurkan ke pasar. Mereka memikirkan brand-brand unik yang mudah ditemukan lewat mesin pencari Google dan melekatkannya pada ingatan konsumen setia mereka.

Inilah yang turut dipelajari perusahaan besar yang ingin keluar dari zona nyaman. Ingat, brand produk bisa memperluas pangsa pasar Anda!

5. Model Distribusi

Dalam upaya untuk bersaing bersama Gillette— produk pisau cukur, Unilever rela membayar $1 miliar untuk bergabung ke dalam komunitas kecil, Dollar Shave Club, agar dapat terkoneksi langsung dengan para konsumen sebagai saluran distribusinya.

Lewat video YouTube yang sukses menayangkan advertorialnya lebih dari 25 juta kali, Unilever akhirnya tahu bahwa Dollar Shave Club lah pengganggu pasar yang selama ini dicari dan membelinya sebagai bagian dari Unilever.

Ini artinya, banyak perusahaan besar yang kehilangan komunikasi personal dengan konsumennya. Berbeda dengan startup yang melakukan komunikasi lebih dekat dengan konsumen.

Oleh karenanya, alokasikan waktu untuk mengevaluasi performa produk Anda di mata konsumen. Apa langkah selanjutnya jika mereka belum puas? Dengan memahami konsumen, Anda akan lebih menguasai pasar.

Pelaku bisnis yang ingin mencapai kesuksesan sejatinya tak pernah malu belajar kepada siapa saja. Bagaimana dengan Anda?

banner fastwork id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *